Sabtu, 14 September 2013

Interaksi Sosial Disosiatif

2. Interaksi Sosial Disosiatif

Disosiatif merupakan kebalikan dari asosiatif. Bila pada proses sosial asosiatif lebih
menekankan bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif lebih ditekankan pada bentuk
persaingan atau perlawanan.
Terdapat tiga bentuk interaksi disasosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan
pertentangan.

a. Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok
saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidangbidang
tertentu dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya,
persaingan antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak
dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan
persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya, persaingan
antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran
final Liga Indonesia.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa
bentuk persaingan.
(1) Persaingan ekonomi, contohnya perang iklan menawarkan produk, baik di media
massa cetak maupun elektronik; persaingan memperoleh pekerjaan.
(2) Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron dan telenovela, peminat film Avatar
lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan antara tontonan
tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop

(3) Persaingan kedudukan dan peranan, misalnya persaingan antara para calon gubernur
dan wakil gubernur dalam pilkada.
(4) Persaingan ras, misalnya persaingan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam
di Afrika Selatan.


b. Pertentangan
Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana seseorang atau kelompok dengan
sadar atau tidak sadar menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk
mencapai tujuan atau keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan
paham dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah)
yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai.
Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok,
mulai dari lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
(1) perbedaan pendapat, prinsip, aturan antarindividu
(2) perbedaan adat istiadat, kebudayaan
(3) perbedaan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial
(4) perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi


c. Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap
seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap
tersembunyi tersebut dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.
Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai berikut.
(1) Umum: penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.

(2) Sederhana: menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain.
(3) Intensif: penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
(4) Rahasia: mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
(5) Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain,
memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan intimidasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar