II.Mengenal Adat Perkawinan Palembang
Saat akan memasuki jenjang pernikahan menurut adat
istiadat perkawinan Palembang, banyak tahap yang mesti dilalui. Ketika mencari
calon mempelai, wakil dari keluarga laki-laki memulainya dengan melakukan
kunjungan 'terselubung' ke rumah si gadis. Kunjungan tersebut untuk meneliti
apakah si gadis pantas menjadi istri dilihat dari kecantikan, tabiat, ketaatan
ibadah dan kepandaiannya.
Utusan yang berkunjung itu haruslah orang yang
berpengalaman dan lues dalam berkomunikasi. Karena demikian lues dan piawainya,
keluarga yang dikunjungi tidak mengerti bahwa kunjungan itu sebenarnya bukan
silahturahmi biasa, tapi sedang terjadi suatu 'penyelidikan'. Peristiwa ini
disebut madik. Utusan yang telah melakukan madik, selanjutnya
ditugasi mengulang kunjungan untuk memastikan keadaan si gadis. Apakah masih
kosong atau sudah ada yang melamar.
Utusan menanyakan status si gadis
kepada orangtua dan pihak keluarganya dalam bahasa sindiran : "Seperti
buah itu, apakah ada yang menyenggung atau belum?" Jika sudah ada yang
menyenggung pembicaraan tak dilanjutkan. Tapi jika belum pembicaraan dilanjutkan
ke arah yang lebih serius. Lain halnya jika orangtua si gadis belum siap
menikahkan anak gadisnya karena alasan usia. Berarti harus mendapatkan
informasi dari keluarga lainnya. Semua hasil pembicaraan harus dilaporkan
kepada pengutus.
1. PENYELIDIKAN TERHADAP SANG
GADIS
Calon
mempelai perempuan masih harus "diselidiki" oleh utusan pihak
keluarga calon laki-laki. Arti kata "selidik" bukan melambangkan
kecurigaan, melainkan pendekatan yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai
laki-laki dan memastikan bahwa calon mempelai perempuan belum ada yang
meminang. Prosesi ini dikenal dengan nama Madik, berasal dari bahasa Jawa Kawi
yang berarti mendekat atau pendekatan
2. Madik
Dalam tradisi madik ini keluarga
calon mempelai pria yang biasanya diwakilkan oleh kerabat yang dituakan dalam
keluarga mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai wanita demi untuk
memastikan bahwa calon mempelai wanita memang benar-benar telah siap untuk
menjadi istri dari mempelai pria sekaligus memastikan bahwa calon mempelai wanita
tidak sedang terikat tali perkawinan atau dalam keadaan dipinang oleh pria
lain.
Ketika berkunjung ini, utusan dari
keluarga calon mempelai pria biasanya membawa beberapa tenong atau songket yang
berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu, juga beberapa tenong berbentuk
songket segi empat dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas yang berisi
bahan makanan, seperti : mentega, telur, gula untuk diserahkan kepada keluarga
calon mempelai wanita sebagai oleh-oleh atau buah tangan. Karena bawaan ini bersifat
tidak resmi dan hanya sebagai buah tangan saja maka tidak ada aturan baku dalam
hal apa saja barang yang harus dihadiahkan kepada keluarga calon mempelai
wanita.
3.
Menyenggung
Secara keseluruhan dalam prosesi
menyanggung ini sebenarnya hampir sama dengan ketika madik yakni calon mempelai
pria kembali mengutus kerabat yang mereka percaya untuk datang ke rumah
keluarga calon mempelai wanita sambil kembali membawa oleh-oleh kepada keluarga
calon mempelai wanita. Yang berbeda dari prosesi menyanggung ini hanyalah bahwa
pada kedatangan kali ini kedua belah pihak akan membicarakan kesepakatan dan
mengatur tanggal kedatangan berikutnya untuk melamar.Proses adat ini bernama
Menyenggung atau Senggung yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya
"pagar". Prosesi ini bertujuan agar si gadis tidak diganggu lagi oleh
senggung (sebangsa musang) sebagai kiasan tidak diganggu oleh laki-laki lain.
Keluarga besar laki-laki mengirimkan utusan resmi kepada pihak keluarga si
gadis dengan membawa tenong (keranjang antaran) atau sangkek terbuat dari
anyaman bambu berbentuk bulat atau segi sempat berbungkus kain batik bersulam
emas berisi makanan, bisa juga berupa telur, terigu, atau mentega sesuai
keadaan keluarga si gadis.
4.
Meminang / Melamar
Kalau
pada prosesi madik dan menyanggung keluarga calon mempelai pria hanya mengutus
salah satu keluarga mereka, maka dalam melamar ini seluruh anggota keluarga
termasuk orang tua calon mempelai pria akan datang lengkap ke rumah calon
mempelai wanita dengan barang-barang bawaan berupa kain terbungkus dengan sapu
tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula, gandum, juadah,
buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket atau tenong selalu ganjil.
Barang bawaan lebih lengkap berupa kain, baju, selendang, alat perhiasan, tas,
kosmetik, selop, sepatu dan sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai
lambang kemakmuran. Rombongan tersebut kemudian sesampainya dirumah calon
mempelai wanita akan mengutarakan maksud kedatangannya kali ini yakni untuk
melamar atau meminang. Apabila lamaran diterima barulah kemudian barang-barang
tersebut diserahkan kepada keluarga dari calon mempelai wanita.
5.Mutus Kato dan Berasan
Dalam
memutus kato ini untuk kali keempatnya keluarga calon mempelai pria datang ke
rumah calon mempelai wanita yang bertujuan untuk bermusyawarahnya kedua
keluarga dalam menentukan hari dan tanggal untuk pernikahan anak mereka. Pihak
yang datang biasanya adalah keluarga dekat calon mempelai serta 9 orang wanita
dengan membawa tenong. Utusan yang diwakili juru bicaranya menyampaikan
kata-kata indah kadang berupa pantun. Selanjutnya para utusan melakukan upacara
pengikatan tali keluarga, yakni dengan mengambil tembakau setumpuk dari sasak
gelungan (konde) dan dibagi-bagikan pada para utusan dan keluarga. Kedua belah
pihak mengunyah sirih dengan tembakau yang artinya kedua keluarga tersebut
telah saling mengikat diri untuk menjadi satu keluarga.
6. Menentukan persyaratan dan tata cara pelaksanaan perkawinan
Jika menyepakatinya berdasarkan syariat agama, berarti
kedua pihak bersepakat tentang mahar atau mas kawin. Sedangkan menurut adat
istiadat, kedua pihak akan menyepakati adat apa yang akan dilaksanakan, karena
masing-masing memiliki perlengkapan dan persyaratan sendiri.
7. Menentukan hari
pernikahan dan munggah
Yaitu tepat pada saat cahaya bulan sedang cantik
menyinari bumi, agar cahayanya menjadi penerang kehidupan kedua mempelai.
Proses adat inilah yang dinamakan Mutuske Kato, yaitu saat keluarga memutuskan
Hari Nganterke Belanjo, Hari Pernikahan, Munggah, Nyemputi dan Nganter
Pengantin, Ngalie Turon, Bercacap atau Mandi Simburan atau Beratib. Saat proses
adat ini, keluarga laki-laki mendatangi pihak perempuan dengan membawa 7 tenong
yang berisi gula pasir, terigu, telur itik, pisang, dan buah-buahan lain.
Selain membuat beberapa keputusan, pihak laki-laki juga memberikan persyaratan
adat yang telah disepakati pada acara Berasan. Mutuske Kato ditutup dengan doa
keselamatan dan permohonan kepada Tuhan agar pelaksanaan perkawinan berjalan
lancar. Dilanjutkan dengan acara sujud calon pengantin perempuan kepada calon
mertua, yang dibalas dengan pemberian emas sebagai tanda cinta. Ketika utusan
dari pihak pria ingin pulang, 7 tenong pihak laki-laki ditukar oleh pihak
perempuan dengan isian aneka jajanan khas Palembang untuk dibawa pulang.
8. Serah-serahan
Tradisi yang mirip
tradisi Jawa ini, disebut Nganterke Belanjo. Prosesi ini banyak dilakukan oleh
kaum perempuan, sedangkan kaum laki-laki hanya mengiringi saja. Bentuk gegawaan
yang disebut Masyarakat Palembang sebagai "adat ngelamar" , dibawa
oleh pihak laki-laki (sesuai kesepakatan) untuk pihak perempuan antara lain
berupa sebuah ponjen warna kuning berisi duit belanjo (uang belanja) yang
diletakkan dalam nampan, sebuah ponjen warna kuning berukuran lebih kecil
berisi uang pengiring duit belanjo, 24 ponjen yang leberukuran lebih kecil dan
berwarna kuning berisi koin-koin logam sebagai pengiring pengantin duit
belanjo, selembar selendang songket, baju kurung songket, sebuah ponjen warna
kuning berisi uang "timbang pengantin" , 12 nampan berisi aneka macam
barang keperluan pesta, serta kembang setandan yang ditutup kain sulam berenda.
Selain itu, diantarkan pula enjukan atau permintaan yang telah ditetapkan saat
Mutuske Kato, yaitu berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai
kesepakatan.
9. Melakukan Ritual
Calon pengantin
biasanya melakukan beberapa ritual yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan
dan kecantikan, dan juga lambang magis yang dipengaruhi kepercayaan
tradisional. Rangkaian ritual tersebut dimulai dari betanggas yaitu mandi uap,
lalu ada bebedak, kemudian berpacar, yaitu diberikan pacar(sejenis kutek) pada
seluruh kuku tangan dan kaki, juga telapak tangan dan telapak kaki yang disebut
pelipit. Kesan merah pada pacar berguna untuk mengusir segala jenis makhluk
halus, dan pacar sendiri dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk memberi
kesuburan bagi pengantin perempuan.
10. Akad Nikah / Perkawinan
Seperti pernikahan pada umumnya, prosesi ini akan
dihadiri oleh kerabat dari kedua mempelai dan adanya mas kawin dari mempelai
pria yang akan diserahkan kepada mempelai wanita. Mas kawin yang diserahkan
biasanya berupa perhiasan atau barang lain sesuai dengan apa yang diminta oleh
keluarga pihak wanita dan telah disetujui pihak pria. Pengantin pria dibawa
masuk ke ruangan, lalu penghulu memimpin pelaksanaan akad nikah.
11.Mengarak Pacar
Mengarak Pacar adalah penutup dari sekian tahap prosesi dalam adat pernikahan di palembang yang intinya berisikan acara arak-arakan rombongan keluarga mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Ketika sampai di rumah mempelai wanita dan disambut oleh ibu mempelai wanita para sesepuh yang dituakan di pihak mempelai wanita kemudian akan menaburkan beras yang telah dicampur denagan uang recehan kepada mempelai pria beserta rombongannya. Perlengkapan yang digunakan dalam prosesi mengarak pacar ini sendiri antara lain seperti perahu yang dihiasi ornamen yang indah, lampu warna-warni, alat musik tabuh-tabuhan, keris pusaka, nampan serta kain sutra emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar