Sabtu, 05 Oktober 2013

Tradisi islam di nusantara

Berikut adalah budaya lokal yang merupakan tradisi Islam.

1.       Upacara Grebeg
Grebek berasal dari kata grebe, gerbeg. Kata dalam bahasa Jawa anggrebeg yang bermaknya menggiring raja, pembesar, atau pengantin. Grebeg Kraton Kesultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubowono I dengan mengeluarkan hajat dengan berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, dan gunungan kutug/bromo. Grebeg dalam 1 tahun diadakan tiga kali, yaitu :
a.       Grebeg poso/Syawal/bakdo yang diadakan setiap tanggal 1 Syawal (Idul Fitri) yang bertujuan menghormati bulan suci Ramadhan dan malam lailatul qadar.
b.      Grebeg besar yang diadakan pada tanggal 10 Zulhijah bertujuan untuk merayakan Idul Adha.
c.       Grebeg Maulud yang diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal bertujuan untuk memperingati Maulud/kelahiran Nabi Muhammad saw.
Selain Yogyakarta.Kota  Demak, Surakarta, dan Cirebon juga merayakan tradisi grebeg ini.
2.       Gamelan Sekaten
Gamelan Jawa pertama kali dibawakan oleh Sunan Bonang dalam rangka menyebarkan agama Islam untuk menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. Oleh karena itu, ia menciuptakan gending-gending Jawa yang memiliki nilai-nilai Islam. Setiap bait lagu diselingi ucapan dua kalimat syahadat (syahadatin) sehinga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten.
3.       Perhitungan Tahun Caka (Saka)
Sejak abad ke-8 M di Jawa sudah ada kerajaan Hindu-Jawa yang menggunakan perhitungan waktu  dengan menggunakan system angka menurut saka. Akan tetapi, setelah datangnya Islam pada bad ke-16 M kerajaan-kerajaan di Jawa mulai menggunakan system penanggalan Arab yang disebut tahun Hijriah. Tahun Hijriah diberlakukan di Jawa pada masa itu karena kerajaan-kerajaan Islam harus menyamakan dengan peringatan-peringatan penting dalam agama Islam, seperti idul Fitri setiap tanggal  1 Syawal, Idul Adha 10 Zulhijah, dan Maulud Nabi Muhammad saw. 12 Rabiul Awal.
4.       Pesta Tabuik
Di Sumatra terdapat suatu pertunjukan berbentuk prosesi benda ritual yang yang dinamakan  tabuik.  Upacara ini diadakan untuk memperingati gugurnya pahlawan Islam yang bernama Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad saw.). Husein gugur pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta khalifah Syiah yang direbut oleh Raja Yazid dari Bani Umayah.
5.       Panah Kalimasada
Dalam pewayangan kalimasada adalah senjata pusakanya Prabu Puntadewa, Raja Amarta. Setelah Islam masuk melalui peran Wali Sanga (Sunan Kalijaga), kalimasada digunakan sebagai media dakwah. Kalimasada tersebut berisikan kalimat syahadat sebagai ajaran tauhid Islam dalam cerita pewayangan. Adapun tokoh yang menjadi teladan dalam cerita tersebut adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.

6.       Nicitruti, Nitisastra, dan Astabrata
Nicitruti, Nitisasatra, dan Astabrata adalah karya sastra Jawa berbentuk pantun
                                yang berisi  tentang nasihat atau akhlak yang baik.

7.       Kesenian-Kesenian Trasdisional
Dalam penyebaran agama Islam, seni merupakan salah satu media yang digunakan untuk menarik masyarakat. Contohnya gambang kromong dan orkes gambus dari Betawie.
Selain kesenian yang menjadi peninggalan, masjid juga merupakan kebudayaan Islam. Berikut masjid peninggalan budaya Islam pada beberapa daerah di Indonesia :
1.       Masjid Raya Baiturrahman


Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid terindah di Asia Tenggara yang terletak di NAD. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar