Di daerah Hulu Sungai Nusa, Kecamatan Rawas
Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan dahulu ada sebuah kerajaan yang
diperintah oleh seorang raja muda yang sangat sakti bernama Raja Empedu.
Kerajaan ini berdampingan dengan dua kerajaan lain yang berada di daerah Lesung
Batu dan Kampung Suku Kubu. Kerajaan Lesung Batu diperintah oleh Pangeran Mas
yang terkenal kaya raya. Sedangkan Negeri Kampung Suku Kubu diperintah oleh
Raja Kubu yang terkenal sebagai seorang sakti mandraguna.
Suatu
hari, Raja Lesung Batu (Pangeran Mas) mengalami kesulitan untuk memelihara
ternak kerbaunya yang semakin hari semakin bertambah banyak. Oleh karena itu,
ia berniat untuk “meminjamkan” sebagian ternaknya kepada siapa saja yang
berminat dengan syarat: (a) ternak masih menjadi milik Pangeran Mas; dan (b)
apabila ternak yang dipinjamkan melahirkan, maka hasilnya dibagi bersama secara adil.
Tawaran
Pangeran Mas tersebut ternyata menarik minat Raja Kubu. Untuk itu, ia segera
mengirim utusannya ke Negeri Lesung Batu menghadap Pangeran Mas. Sesampai di
istana Lesung Batu, sang utusan segera menghadap, “Ampun, Baginda. Hamba adalah
utusan Raja Kubu dari Negeri Kampung Suku Kubu. Kedatangan hamba adalah untuk
menyampaikan keinginan Raja hamba yang menerima tawaran Tuan dan juga bersedia
mentaati segala persyaratannya.”
“Pulang
dan sampaikanlah kepada Rajamu bahwa aku menyetujui keinginannya. Besok aku
akan mengirimkannya beberapa puluh ekor kerbau. Apabila nanti mereka telah
berkembang biak, maka aku akan mengirimkan utusan untuk mengambil pembagian
hasilnya,” jelas Paneran Mas.
“Baik,
Baginda,” kata sang utusan seraya mohon diri.
Sesuai
dengan janjinya, keesokan harinya Pangeran Mas mengirimkan puluhan ekor kerbau
jantan dan betina kepada Raja Kubu. Raja Kubu pun dengan senang hati menerimanya.
Mulai sejak saat itu ia memelihara dan merawat kerbau-kerbau tersebut dengan
baik hingga akhirnya berkembang biak dengan sangat cepat dan daerah Kampung
Kubu pun sebagian besar telah menjadi kubangan kerbau. Sejak saat itu, negeri
Kampung Kubu dikenal dengan nama Negeri Kubang dan rajanya disebut Raja Kubang.
Karena
merasa telah tiba saatnya untuk mengambil bagian atas ternaknya yang dipelihara
oleh Raja Kubang, maka Pangeran Mas lalu mengirimkan utusannya untuk menghadap
Raja Kubang. Namun diluar perkiraan, Raja Kubang mengingkari janjinya dengan
menolak untuk berbagi hasil dengan Pangeran Mas. Bahkan, ia telah menganggap
bahwa semua kerbau yang telah dipelihara adalah miliknya sendiri.
Sang
utusan pun kemudian pulang ke Negeri Lesung Batu dengan tangan hampa.
Sesampainya di kerajaan Lesung Batu Sang Utusan langsung melaporkan kejadian
tersebut kepada Pangeran Mas. Mendengar pengingkaran janji Raja Kubang,
Pangeran Mas menjadi marah besar dan berniat menyerang Kerajaan Kubang. Namun
karena Raja Kubang terkenal sangat sakti dan mempunyai banyak pengawal tangguh,
Pangeran Mas memutuskan untuk meminta bantuan pada Raja Empedu yang juga
terkenal sangat sakti.
Keesokan
harinya Pangeran Mas bersama para pengawalnya pergi ke Negeri Hulu Sungai Nusa
untuk menemui Raja Empedu. Dan, tanpa disangka-sangka ternyata Raja Empedu
bersedia membantu Pangeran Mas menyerang Raja Kubu yang telah mengingkari
janjinya.
“Tapi,
bagaimana caranya? Bukankah Raja Kubang terkenal sangat sakti mandraguna?”
tanya Pangeran Mas pada Raja Empedu.
“Kita
tidak bisa langsung menyerang Raja Kubu. Kitaharus membagi dua pasukan. Pasukan
pertama bertugas membuat Negeri Kubang menjadi ramai dengan mengadakan
pertunjukan seni dari tari pedang. Nah, selagi rakyat Kubang larut dalam
suasana kemeriahan, pasukan yang lainnya akan mengepung dan membakar seluruh
pemukiman yang ada di sana.” Jelas Raja Empedu dengan tenang.
Singkat
cerita, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah pasukan pertama untuk
mengadakan pertunjukan seni di lapangan Negeri Kubang. Oleh karena mereka
menyanyikan lagu-lagu dengan merdu dan juga tarian pedang dengan sangat
tangkas, maka penduduk Negeri Kubang segera berbondong-bondong menyaksikan
pertunjukan, tidak terkecuali Raja Kubang beserta para pengawalnya.
Pada
saat rakyat Negeri Kubang sedang asyik menyaksikan pertunjukan seni, pasukan
kedua yang dipimpin oleh Raja Empedu dan Pangeran Mas segera membakar seluruh
rumah yang ada di Negeri Kubang. Setelah itu mereka menuju lapangan untuk
mengepung Raja Kubang dan para pengawalnya.
Raja
Kubang menjadi terkejut setengah mati ketika menyadari bahwa dirinya telah
terkepung. Karena tidak ada persiapan sebelumnya, Raja Kubang tidak berdaya dan
langsung menyerah tanpa melakukan perlawanan. Ia juga tidak melawan ketika
pasukan Raja Empedu dan Pangeran Mas menggiring seluruh kerbau yang ada di
Negeri Kubang menuju Negeri Lesung Batu.
Sesampainya
di Kerajaan Lesung Batu, sebagai tanda ucapan terima kasih Pangeran Mas
menyerahkan puteri semata wayangnya bernama Putri Darah Putih yang terkenal
cantik jelita kepada Raja Empedu untuk dijadikan isteri. Setelah mereka
menikah, Raja Empedu langsung mengajak isterinya untuk tinggal dan memerintah
di Kerajaan Hulu Sungai Nusa.
Sementara
Pangeran Mas malah menjadi sedih karena puteri semata wayangnya harus pergi
mengikuti suaminya. Untuk melepas kerinduan ia sering pergi ke Tebing Ajam,
suatu dataran tinggi yang dapat meninjau Negeri Hulu Sungai dari Kejauhan. Dan,
karena sering sekali ia pergi ke tempat itu untuk “meninjau” puterinya, maka lama-kelamaan
tebing itu pun terkenal dengan nama Tebing Peninjauan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar